Halo, Ibu Sania! Siapa yang bisa menolak renyahnya tahu isi hangat, tempe mendoan, atau bakwan garing di sore hari? Makanan gorengan jalanan memang sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kebiasaan ngemil masyarakat kita. Rasanya gurih, murah meriah, dan mudah ditemukan di berbagai sudut kota. Tapi, tahukah Ibu Sania bahwa di balik kelezatannya, gorengan jalanan bisa menyimpan risiko yang tidak main-main untuk kesehatan?

Yuk, kita bahas bersama secara santai tapi serius, agar Ibu Sania bisa tetap menikmati jajanan dengan lebih bijak, tanpa mengorbankan kesehatan keluarga tercinta.

Minyak Jelantah: Rahasia di Balik Renyahnya Gorengan

Minyak goreng adalah elemen utama dalam pembuatan gorengan. Sayangnya, tidak semua pedagang gorengan menggunakan minyak yang sehat dan layak pakai. Banyak dari mereka yang menggunakan minyak jelantah, yaitu minyak yang sudah dipakai berkali-kali hingga berubah warna menjadi kehitaman.

Minyak jelantah mengandung senyawa berbahaya seperti radikal bebas, aldehida, dan akrolein yang terbentuk akibat pemanasan berulang. Kandungan ini bersifat karsinogenik dan dapat merusak sel-sel tubuh secara perlahan. Jika dikonsumsi terus-menerus, risiko terkena penyakit kronis seperti kanker, kolesterol tinggi, dan gangguan jantung bisa meningkat.

Lebih parahnya lagi, beberapa penjual bahkan mencampur minyak baru dengan minyak lama agar warnanya terlihat lebih segar, padahal efeknya tetap merusak jika dikonsumsi dalam jangka panjang.

Tepung Murahan yang Tidak Terjamin Mutunya

Gorengan biasanya dibuat menggunakan adonan tepung sebagai bahan pelapis. Tepung yang digunakan bisa sangat mempengaruhi kualitas gizi dan kebersihan gorengan. Sayangnya, banyak penjual yang menggunakan tepung curah atau tepung sisa yang tidak diketahui sumber dan keamanannya.

Tepung jenis ini rentan terkontaminasi oleh serangga, jamur, atau bahkan zat pemutih buatan yang tidak layak konsumsi. Jika dikonsumsi, bisa menyebabkan gangguan pencernaan, reaksi alergi, hingga efek jangka panjang yang sulit dideteksi sejak awal.

Menggunakan tepung berkualitas rendah memang dapat menekan biaya produksi, namun risiko kesehatannya jauh lebih besar daripada manfaat ekonominya. Ibu Sania tentu tidak ingin anggota keluarga terpapar risiko hanya karena sekedar camilan, bukan?

Penggunaan Bahan Tambahan yang Tidak Aman

Untuk membuat gorengan lebih awet, renyah, dan menggoda selera, beberapa penjual nakal menambahkan bahan-bahan kimia seperti pengembang berlebihan, pewarna makanan buatan, bahkan boraks dan formalin. Bahan-bahan ini tidak hanya dilarang oleh BPOM, tetapi juga sangat berbahaya bagi tubuh.

Boraks, misalnya, adalah bahan pengawet yang biasa digunakan untuk produk non-makanan seperti deterjen atau pengawet kayu. Formalin pun merupakan zat yang digunakan untuk mengawetkan mayat. Bayangkan jika bahan-bahan tersebut masuk ke tubuh hanya karena kita ingin menikmati sepotong gorengan.

Akibatnya tidak main-main. Dalam jangka pendek bisa menyebabkan mual, muntah, dan diare. Dalam jangka panjang, zat-zat ini bisa merusak organ dalam seperti hati dan ginjal.

Risiko Kebersihan dan Proses Pengolahan yang Tidak Higienis

Makanan jalanan sering diproses di tempat terbuka yang rentan terhadap debu, polusi, dan lalat. Banyak penjual tidak menggunakan sarung tangan atau penutup kepala saat mengolah dan menyajikan makanan. Bahkan, alat-alat masak dan tempat penyimpanan sering kali tidak dicuci dengan benar.

Kondisi ini memungkinkan terjadinya kontaminasi silang antara makanan dan kuman, bakteri, atau virus. Salah satu bakteri berbahaya yang bisa ditemukan pada makanan yang tidak higienis adalah Salmonella dan E. coli, yang dapat menyebabkan infeksi serius pada saluran pencernaan.

Jika Ibu Sania sering membelikan gorengan untuk camilan keluarga tanpa memastikan kebersihannya, maka risiko terkena keracunan makanan bisa meningkat, terutama pada anak-anak dan orang tua yang memiliki daya tahan tubuh lebih lemah.

Kandungan Lemak Trans dan Kalori yang Tinggi

Gorengan terkenal dengan kandungan lemak dan kalorinya yang tinggi. Apalagi jika digoreng dalam minyak yang tidak sehat, maka kandungan lemak trans-nya bisa sangat tinggi. Lemak jenis ini dikenal sebagai penyebab utama penyumbatan pembuluh darah dan peningkatan kolesterol jahat (LDL) dalam tubuh.

Kalori dalam satu potong gorengan bisa mencapai 150–300 kalori tergantung jenisnya. Bayangkan jika Ibu Sania mengonsumsi tiga sampai lima potong sekaligus dalam satu waktu, tanpa disadari sudah memenuhi lebih dari setengah kebutuhan kalori harian hanya dari camilan.

Konsumsi rutin gorengan bisa menyebabkan kenaikan berat badan, obesitas, dan menurunkan energi tubuh karena kualitas gizinya yang rendah. Energi yang masuk banyak, tapi tidak memberi manfaat berarti bagi sel-sel tubuh.

Alternatif Sehat dan Aman untuk Camilan Keluarga

Ibu Sania tidak perlu khawatir, karena masih ada banyak alternatif camilan sehat yang bisa dibuat di rumah dengan bahan-bahan yang jauh lebih aman dan bergizi. Misalnya, Ibu bisa membuat gorengan homemade menggunakan minyak goreng berkualitas, tepung terigu pilihan, dan sayuran segar.

Dengan memasak sendiri di rumah, Ibu bisa memastikan bahwa minyak hanya digunakan satu atau dua kali, bahan tepungnya bersih, dan tidak ada tambahan bahan kimia berbahaya. Ibu juga bisa mengatur jumlah garam dan penyedap rasa agar lebih sesuai untuk kebutuhan keluarga.

Mengukus atau memanggang juga bisa menjadi pilihan. Tahu isi yang biasanya digoreng, bisa dicoba dikukus dengan isian ayam cincang dan sayur. Pisang goreng bisa diganti dengan pisang bakar madu yang lebih rendah lemak tapi tetap manis alami. Selain sehat, memasak bersama juga bisa menjadi aktivitas keluarga yang menyenangkan.

Dengan sedikit kreativitas dan niat, Ibu Sania bisa menyajikan camilan yang tetap lezat, aman, dan sehat tanpa mengorbankan cita rasa tradisional yang disukai keluarga.

Gunakan Tepung Terigu Sania, Minyak Goreng Sania, dan Beras Sania untuk hasil masakan rumahan yang lebih sehat, aman, dan bercita rasa tinggi.